Thursday, August 12, 2010



Tadi, saat aku berbincang dengan teman perempuanku, aku tersadar. 

Disaat ia bertanya-tanya apa yang ada dikepalaku? Terbuat dari apa hatiku? dan Apa mauku?, aku terdiam, tidak menjawab sedikit pun. Pertanyaan-pertanyaan itu lalu aku serahkan pada hatiku, dan hatiku tidak langsung menjawab, ia terdiam, dan menyerahkan pertanyaan itu kepada logika. 

Sang logika, bagian dari diriku yang kuanggap belum gila, juga terdiam sebentar, lalu ia tersenyum penuh kemenangan dan berceloteh pada aku dan hatiku. 

Logika : Kau tau apa yang membuat kau bertahan dengannya? Tidak ada, kau tahu itu khan? kau paham betul tingkahnya. Tidak ada sama sekali kecuali egomu itu. Coba kau tanya-tanya lagi, apa betul cintamu itu luar biasa? Seperti cinta-cinta para tokoh wanita di roman picisan? kau juga paham betul, tidak seluar biasa itu. Kau tau apa yang membuatmu hampir gila? sekali lagi aku akan katakan, Egomu anak manis. 

Hati : Tidak seperti itu. Aku mencintainya setengah mati. Aku memberikan semua untuknya. Aku menerimanya seburuk apapun dia. Aku bertahan walau berulang kali dia menyakiti aku, dan meninggalkan aku, mengkhianati aku, aku tetap disini. Apa itu belum cukup luar biasa? 

Logika: Kau begitu naif. Coba kau perhatikan sendiri kata-katamu tadi. Itu bukan Cinta. Cinta tidak seperti itu. Aku memang tidak paham betul tentang Cinta, tapi yang aku tahu Cinta itu dimulai dari dirimu sendiri, apa kau sudah cukup mencintai dirimu?

Egomu menghipnotismu, memasuki ruang bawah sadarmu. Kau memberikan semua milikmu sebagai jaminan, kau memberikan hatimu seperti tawanan. Itu bukan Cinta. Cinta tidak harus seperti itu. Itulah bodohnya perempuan, diam-diam dipermainkan oleh egonya sendiri, ego yang mungkin bisa membuatnya mati sendiri. 

Egomu memaksa dia untuk membalas cintamu. Egomu tidak terima dia berpaling darimu dan mengacuhkanmu. Egomu memaksa dia untuk kembali pada masa lalu, masa lalu yang kau tahu sangat kelabu, membuat menangis tersedu, hingga kau nyaris ingin membunuh. itu Egomu. Kau gila karena egomu, dan kau hampir mati juga karena egomu!

Dengar anak manis, Cinta itu merelakan, mengikhlaskan dan memaafkan. Relakan dia berpaling darimu, Ikhlaskan dia tidak mencintaimu, dan maafkan dia karena menyakitimu. Tidak semudah apa seperti aku katakan, tapi kau harus mulai berhenti mengacuhkanku dan tanggalkan egomu. Tidak mudah, tapi kalau kau mau pasti kau mampu. Tuhan pun tau anak manis, kau terlalu berharga untuk menjadi budak egomu.    

.........................

.........................

........................

Aku berfikir keras dan hatiku terus menolak, lagi-lagi kami mengumpat "OMONG KOSONG!" 

No comments:

Post a Comment